Asam dan basa adalah dua golongan zat yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Rasa asam pada jeruk, sifat licin pada sabun, hingga penggunaan cuka dalam makanan merupakan contoh sederhana adanya sifat asam dan basa. Untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat asam atau basa, dibutuhkan indikator asam basa, yaitu zat yang menunjukkan perubahan warna sesuai dengan pH larutan
TEORI ASAM BASA
Asam: zat yang menghasilkan ion H⁺ dalam air.
Basa: zat yang menghasilkan ion OH⁻ dalam air.
Contoh:
HCl → H⁺ + Cl⁻ (asam)
NaOH → Na⁺ + OH⁻ (basa)
Kelemahan: hanya berlaku dalam pelarut air, tidak mencakup semua reaksi asam-basa.
Teori Bronsted–Lowry
Asam: donor proton (H⁺)
Basa: akseptor proton (H⁺)
Contoh:
NH₃ + H₂O ⇌ NH₄⁺ + OH⁻
H₂O berperan sebagai asam (donor H⁺)
NH₃ berperan sebagai basa (akseptor H⁺)
Lebih umum karena berlaku di luar air
Asam: akseptor pasangan elektron.
Basa: donor pasangan elektron.
Contoh:
BF₃ + :NH₃ → F₃B←NH₃
BF₃: asam Lewis.
NH₃: basa Lewis.
Teori paling luas, tidak terbatas pada proton.
SKALA PH
pH adalah ukuran derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan, didefinisikan sebagai:
pH= - Log [H+]
Larutan asam → pH < 7
Larutan netral → pH = 7
Larutan basa → pH > 7
Skala pH berkisar antara 0–14. Semakin kecil nilai pH, larutan semakin asam; semakin besar pH, larutan semakin basa.
Indikator asam basa adalah zat yang berubah warna sesuai pH larutan. Sebagian besar indikator merupakan asam/basa lemah dengan dua bentuk terionisasi (In-) dan tidak terionisasi (Hln).
Sejarah Singkat Indikator
Lakmus
Kertas lakmus adalah indikator alami pertama yang digunakan sejak abad ke-14, berasal dari lumut Roccella tinctoria
Abad ke-17 hingga 18
Ilmuwan mulai mengenal ekstrak tumbuhan (kol ungu, bunga, buah) sebagai indikator alami
Abad ke-19
Muncul indikator sintesis (metil jingga, fenolftalein) hasil sintesis kimia
Saat ini
Indikator digunakan luas di laboratorium, industri, hingga penelitian lingkungan
Jenis Indikator
Indikator alami adalah zat pewarna yang berasal dari tumbuhan dan dapat berubah warna ketika berada dalam suasana asam atau basa. Zat ini umumnya mengandung pigmen alami seperti antosianin, flavonoid, dan kurkumin, yang strukturnya peka terhadap perubahan ion H⁺ (asam) dan ion OH⁻ (basa). Oleh karena itu, indikator alami sering dipandang sebagai alternatif ramah lingkungan dibanding indikator sintetis.
Contoh:
Kol ungu (kubis merah)
Kunyit
Indikator sintetis adalah senyawa kimia buatan yang digunakan untuk mengetahui sifat asam atau basa suatu larutan. Umumnya, indikator ini berupa senyawa organik lemah yang dapat berubah warna dengan jelas pada rentang pH tertentu. Karena dibuat secara khusus di laboratorium, indikator sintetis memiliki rentang pH yang lebih spesifik dan perubahan warna yang tegas, sehingga banyak dipakai dalam analisis kimia, terutama pada titrasi asam-basa.
Contoh:
Lakmus
Metil jingga (Methyl Orange)
Fenolftalein (Phenolphthalein)
Peran Indikator dalam Kehidupan
⚫ Laboratorium >> Penentu konsentrasi larutan (Titrasi)
⚫ Pendidikan >> Sarana belajar mengenal sifat asam dan basa
⚫ Penelitian >> Indikator alami dikembangkan sebagai alternatif ramah lingkungan
⚫ Industri >> Ekstrak alami digunakan dalam penelitian makanan/minuman
Kesimpulan
Konsep asam-basa telah berkembang dari Arhenius, Brønsted–Lowry, hingga Lewis yang paling luas. Untuk membedakan sifat larutan, digunakan indikator yang menunjukkan perubahan warna sesuai pH. Indikator dapat berupa alami maupun sintetis, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangan. Dalam titrasi, indikator harus dipilih sesuai pH titik ekivalen agar hasil analisis akurat. Dengan demikian, indikator asam-basa tidak hanya penting dalam dunia laboratorium, tetapi juga bermanfaat dalam pendidikan, industri, dan penelitian lingkungan.